BONTANG yang saya dengar adalah sebuah kota di Kalimantan Timur. Sudah itu saja yang saya tahu soal Bontang. Kemudian saya diajak untuk berkunjung ke sana, saya langsung googling mencari tahu ada apa saja di sana. Dari hasil googling saya tahu bahwa Bontang adalah daerah pemekaran baru di Kalimantan Timur. Kawasan ini menjadi kotamadya karena ada dua BUMN besar di sana yaitu PT. Pupuk Kaltim dan Perusahaan Gas Negara. Dua perusahaan ini berkolaborasi dengan baiknya di kawasan tersebut. Limbah Gas yang ada digunakan untuk membuat pupuk yang kemudian hasilnya lebih banyak diimpor.
Tapi seriusss ...saya tidak akan menceritakan soal dua perusahaan itu. Saya akan bercerita potensi wisata yang ada di sana. Saya antusias sekali ketika diajak ke Bontang. Perjalanan udara saya tempuh dari JAkarta - Balikpapan sekitar 1 jam 25 menit. Sesampai di bandara international Sepinggan, saya masih harus naik pesawat baling-baling selama 30 menit ke Bontang. Bila udara cerah, dijamin perjalanan ke Bontang menyenangkan. Tapi begitu cuaca buruk, hati sedikit kebat-kebit juga. Biasanya penerbangan sering ditunda bila cuaca buruk. Kendati perjalanan agak tersendat karena cuaca buruk, sesampai di Bontang saya harus menarik nafas kagum.
Untuk sebuah kotamadya yang nun jauh di sana, Bontang merupakan kota yang bersihh. Saya tidak banyak melihat sampah berserakan di dalam kotanya. Apalagi di komplek pupuk Kaltim ...jauh lebihh bersiiih dari kotanya. Perkampungan di Bontang kendati masuk gang-gang kecil juga bersih sekali. Tampaknya masyarakat di sana sadar betul bahwa kalau lingkungan mereka kotor, kota akan tidak sehat dan bisa banjir. Padahal kota yang dikelilingi laut ini tidak akan mudah dijangkau bila mengalami banjir. Masyarakatnya menjaga dengan baik lingkungan sekitarnya.
Di Bontang sendiri tidak ada daerah tujuan wisata yang luar biasa selain kebersihan kota dan ada beberapa hutan mangrove yang dibuat oleh Pupuk Kaltim untuk menjaga ekosistem di sana. Selain hutan mangrove, ada kampung laut yang membuat saya terkesan yaitu Selangan. Selangan merupakan kampung laut yang bisa dicapai dengan speedboat dengan waktu tempuh sekitar 25 menit. Perjalanan dengan speedboat ke Selangan juga menyenangkan. Lautnya bersih dan tidak terdapat smpah2 plastik dan sampah lainnya yang bisa merusak biota laut. Angin lautnya bersih dan menerpa wajah dengan akrab.
Perjalanan selama 25 menit tidak terasa karena kami --saya dan beberapa teman-- bisa melihat laut lepas sejauh -jauh mata memandang. Kobaran api dari kilang gas Perusahaan Gas Negara dan bejana-bejana besar wadah pupuk dari Pupuk Kaltim terlihat seperti objek aneh yang terang benderang di lihat dari jauh. BEgitu objek benderang itu menghilang dari pelupuk mata, rumah-rumah seperti mengapung mulai terlihat di depan mata. Speedboat kemudian merapat di dermaga sederhana terbuat dari kayu besi yang juga sudah berumur.
Tidak ada dermaga khusus malah seperti dermaga darurat. Dengan takut-takut saya menginjak kayu besi yang berjajar rapat dan masing-masing kayunya tebalnya sekitar 6 - 7 cm. Kayunya terlihat rapuh, tetapi saya diyakinkan oleh pengemudi speedboat bahwa kayu besi akan semakin kuat setelah terendam lama di laut. Begitu saya menginjak kayu tersebut dan tidak ada guncangan sama sekali. Saya langsung menaiki undakan kayu lainnya dan sampailah saya di Selangan Kampung laut.
Ada plang yang cat dan tulisannya sudah pudar "SELAMAT DATANG DI SELANGAN, KAMPUNG LAUT WISATA".
Sangat menyenangkan di Selangan. Air laut di bawah sangat jernih dan sekali lagi tidak ada sampah bertebaran. Ikan-ikan terlihat jelas berkeliaran di bawah. Saya dan rombongan berjalan lurus menuju ke sebuah rumah penduduk yang juga seorang nelayan. Si ibu tengah membersihkan ikan-ikan yang baru saja dipancing oleh suaminya. Ada berbagai jenis ikan diantaranya krapu, bawal, ayam-ayam dan beberapa ikan yang tidak saya tahu namanya. setelah dibersihkan ikan diberi bumbu dan dibakar. Aroma ikan menebar di sekeliling rumah. Setelah menunggu sekitar 45 menit semua hidangan dikeluarkan termasuk ikan-ikan yang tadi dibersihkan.
Harum ikan segar menusuk hidung dan ketika disantap, ikan itu terasa manis dan tidak ebrbau amis. Itu mungkin bedanya makan ikan di restoran dengan di tempat dimana ikan tersebut langsung dipancing. Kemudian ada kripik ikan yang dikeringkan. rasanya tawar, renyah dan luar biasa gurih. Udara yang panas karena matahari dengan garangnya bertengger memanggang semua yang ada di kampung laut itu tidak membuat saya dan lainnya berhenti menikmati makanan yang merangsang selera itu. Ikan-ikan ini makin enak dan spicy karena dimakan dengan sambal Gamis, sambal khas Bontang. Sambal goreang terasi yang disiram minya panas dan baunya yang khas menusuk hidung. Aaaahhh ...enak sekali.
Bahkan setelah makan, saya menjelajah kampung yang luasnya kurang dari satu hektar laut. Kendati berada di tengah lautan yang jauh dari manapun, di Selangan etrdapat sekolah, masjid dan toko-toko layaknya sebuah kampung. Nelayan menjual hasil tangkapannya di depan rumahnya masing-maisng. Ikan yang dijual adalah ikan kering mentah dan ada yang sudah diolah berupa kripik ikan seperti yang saya makan. Kampung Selangan ini sebenernya layak menjadi kampung wisata kalau diolah lebih profesional lagi dan tentunya dipromosikan meskipun tentunya tidak mudah karena butuh bantuan banyak pihak --pemeirntah dan tentunya swasta. Untuk teman-teman yang ingin mendatangi tempat baru, Selangan bisa menjadi alternatif namun bila tidak dikelola dengan baik, hanya menjadi kaasan wisata yang hambar.
Apakah Selangan akan menjadi Daerah Tujuan Wisata ...rasanya masih jauh karena masih banyak tempat tempat lebih menarik, tepai swearrr ...tempatnya sangat indah. Lautnya sedemikian bening dan saya menyukai udaranya yang masih bersih. Udara laut yang lengket membuat saya merindukan untuk bisa datang ke sini lagi. Kapan ...saya ebrharap sesegera mungkin. Ini akan menjadi tempat baru yang memberikan banyak inspirasi buat saya.(***)