Banyak dari kita yang ingin merasakan serunya mendaki gunung. Tapi, keinginan ini tidak pernah benar-benar terwujud karena berbagai alasan: dari merasa tidak kuat secara fisik, kurang percaya diri, hingga takut dengan hal-hal yang berbau klenik.
Daripada gagal terus mewujudkan keinginan, sebaiknya simak dulu tips-tips dari mereka yang pernah merasakan sensasi sampai ke puncak gunung ini. Semoga saja, setelah ini kamu akan lebih mantap untuk segera menjajal pendakian pertamamu!
1. “Lari rutin, minimal 2 minggu sebelum pendakian.” – Ali, Staf Perpustakaan
Daripada gagal terus mewujudkan keinginan, sebaiknya simak dulu tips-tips dari mereka yang pernah merasakan sensasi sampai ke puncak gunung ini. Semoga saja, setelah ini kamu akan lebih mantap untuk segera menjajal pendakian pertamamu!
1. “Lari rutin, minimal 2 minggu sebelum pendakian.” – Ali, Staf Perpustakaan
Yang paling penting dalam sebuah pendakian adalah saat persiapan. Proses ini bisa jadi yang menentukan sukses atau tidaknya sebuah pendakian. Pasalnya, mendaki gunung adalah kegiatan yang menyenangkan tapi sekaligus berat dan berbahaya.
Mendaki gunung membutuhkan kondisi fisik yang prima. Nah, salah satu jenis olahraga yang paling cocok untuk menyiapkan kondisi fisikmu adalah jogging. Jogging akan melatih kekuatan kaki dan nafasmu. Ketika mendaki, bukan kecepatan yang paling dibutuhkan, tapi kekuatan fisikmu untuk bertahan.
Menurut Ali, selain rutin jogging, pendaki pemula sebaiknya tidak terburu-buru memulai pendakian ketika sampai di basecamp. Setidaknya, butuh aklimasi selama 1 hingga 2 jam. Aklimasi adalah proses adaptasi fisik di lingkungan baru. Misalnya, beradaptasi dengan suhu dan kelembaban udara.
2. “Jangan pakai celana jeans” – Agus, Tour Guide
Celana jeans sangat tidak disarankan untuk dikenakan saat mendaki gunung. Agus menerangkan bahwa celana jeans cenderung menyerap dingin. Selain itu, jeans yang ketat juga akan menghambat peredaran darah dan mengakibatkan kram.
Gunung-gunung di Indonesia pada umumnya memilki hutan hujan tropis. Akibatnya, kemungkinan cuaca lembab atau hujan jadi lebih besar. Jika bahan jeans terkena air, butuh waktu lama untuk bisa kering. Jeans yang basah juga akan menambah beban pendakian, bahkan menyebabkan kedinginan atau hipotermia.
Lebih baik gunakan saja celana dengan bahan polyester. Jenis ini lebih ringan dan mudah kering jika terkena air, sehingga tidak akan menyulitkan pendakian pertamamu.
3. “Perlengkapanmu harus komplit.” – Ema, Penggiat Teater
Persiapan perlengkapan juga tidak kalah penting. Perlengkapan mendaki biasanya dibagi menjadi perlengkapan tim dan individu. Perlengkapan tim misalnya tenda, alat masak, bahan bakar, alat penerangan hingga P3K. Sementara, perlengkapan individu terdiri dari air minum, bahan makanan, jaket hangat, senter, dan lain-lain.
“Pendaki pemula bisa membawa perlengkapan minimal. Misalnya, memilih roti yang lebih praktis daripada harus membawa peralatan memasak,” tutur cowok yang sukses mendaki Lawu, Merbabu, dan Sindoro ini.
Pendaki pemula sebenarnya perlu mendapat pendidikan dan pelatihan dasar untuk pendakian. Mereka perlu diberi penjelasan secara rinci perihal manajemen perjalanan, persiapan perlengkapan mulai dari nol, perbekalan makanan, dan masih banyak lagi.
4. “Nggak usah bawa keril. Pakai ransel saja.” – Fachry, Polisi
“Kalau mendaki bareng pemula, biasanya aku yang bawa keril. Mereka cukup bawa perlengkapan yang simpel saja.”
Terbiasa pergi mendaki ketika libur bertugas, Fachry menyarankan agar para pendaki pemula lebih baik membawa ransel saja. Ini karena keril bisa terlalu berat dan menyebabkan cedera pada pundak atau punggung. Untuk pendakian pertama, sebaiknya pendaki fokus pada kondisi fisik dan pengenalan medan.
5. “Jangan gengsi buat minta istirahat.” – Paul, Pekerja Kreatif
Dalam sebuah tim pendakian, baik yang pemula maupun profesional harus bisa berkomunikasi dengan baik. Butuh kerja sama, kekompakan, dan solidaritas yang benar-benar nyata.
Ketika pendaki pemula merasa kelelahan, sebaiknya segera beri tahu pemimpin regu. Kadang, seorang pemula merasa gengsi untuk meminta istirahat ketika pendaki yang lain masih kuat berjalan. Padahal memaksakan diri hanya akan memperburuk keadaan. Pendaki bisa saja lemas karena kelelahan atau bahkan pingsan.
Atas alasan inilah pendaki pemula sebaiknya menemukan tim atau pendamping yang bisa membuatnya merasa nyaman. Meminta waktu istirahat sah-sah saja dilakukan ketika tubuh memang sudah tidak kuat melanjutkan perjalanan.
6. “Buat jaga-jaga, bawa obat tidur.” – Wahyu, Traveler
“Oh iya, bawa obat tidur buat jaga-jaga, ya!”
Wahyu, yang beberapa hari lalu sukses menjejakkan kakinya di puncak Merapi, menjelaskan bahwa istirahat sangat penting bagi pendaki. Pendaki pemula mungkin akan kesulitan tidur nyenyak karena belum terbiasa dengan kondisi gunung.
Ketika seorang pendaki tidak cukup tidur, mereka akan mudah loyo ketika saatnya turun gunung. Padahal, turun gunung juga membutuhkan tenaga dan konsentrasi yang tidak kalah kuat daripada saat naik. Mengutip Wahyu: semua pendaki pasti berharap bisa sampai ke puncak, tapi tujuan tetaplah pulang ke rumah. Jadi, penting untuk menjaga fisik hingga benar-benar menyelesaikan perjalanan.
7. “Cewek yang lagi haid sebaiknya jangan mendaki.” – Dian, Mahasiswi
Mendaki gunung tidak selalu jadi hobi para cowok. Banyak cewek yang juga menggemari kegiatan ini, termasuk Dian.
Selain membekali diri dengan berbagai persiapan dan perlengkapan, seorang pendaki pemula sebaiknya memperhatikan peraturan atau tanda-tanda yang dipasang di sekitar daerah pendakian. Menurut Dian, ada beberapa tempat yang memang menuliskan larangan bahwa cewek yang sedang haid tidak boleh mendaki.
Namun, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai mitos. Ketika tidak ada larangan tertulis, sah-sah saja bagi cewek untuk tetap mendaki saat haid. Selain harus pintar-pintar mencari tempat untuk berganti pembalut, sampahnya pun tidak boleh dibuang di gunung. Ketika cewek yang sedang haid cenderung mudah lemas atau emosional, sebaiknya memberitahukan kondisi ini pada tim pendakian.
8. “Pastikan bahwa tubuh sedang dalam kondisi prima. Jika tidak, jangan memaksakan diri.” Awan – Jurnalis
Yup: kondisi fisik sangat penting dalam sebuah kegiatan pendakian. Sebaiknya, batalkan pendakian jika mendadak terserang flu atau masuk angin. Memaksakan fisik yang kurang sehat untuk mendaki gunung justru bisa berakibat fatal.
9. “Pendaki pemula butuh pendamping yang handal.” Reza – Guru
Dalam pendakian perdana, seorang pendaki pemula butuh pendamping yang setidaknya sudah mengenal medan dan terbiasa mendaki gunung. Pendamping pendakian akan membantu pendaki pemula mulai dari proses persiapan hingga setelah kegiatan pendakian rampung.
Pendamping yang baik adalah mereka yang bisa menciptakan suasana pendakian yang nyaman bagi pemula dan menciptakan suasana yang ‘cair’. Selain bisa memberikan penggemblengan selama kegiatan berlangsung, seorang pendamping dituntut untuk bisa bersikap sabar.
10. “Pencapaian bukan cuma perkara bisa sampai puncak, tapi selamat sampai rumah.” Sekar – Penulis
Bisa sukses mendaki sampai ke puncak gunung tentu menjadi harapan semua pendaki pemula. Namun, puncak bukanlah harga mati. Tidak jadi soal ketika akhirnya terpaksa menyerah lantaran kondisi sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.
Alam punya kekuatan besar yang jauh di atas manusia. Cuaca atau kondisi yang akan ditemui sepanjang pendakian mungkin tidak diduga-duga. Jangan sombong atau menganggap sepele sebuah pendakian. Meskipun mendaki dengan sistem tik-tok (tanpa menginap), pastikan untuk membawa perlengkapan komplit.
“Naik gunung adalah olahraga yang aman ketika pendaki bisa mengutamakan keselamatan,” ungkap cewek yang sukses mencapai puncak Ungaran ini.