Para peneliti dari belahan dunia memilih Kota Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, untuk melakukan pengamatan Gerhana Matahari Total (GMT) yang bakal terjadi 9 Maret nanti.
Peneliti dari Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, Xavier Jubir sudah berada di Kota Maba. Dia mengatakan, durasi GMT yang terjadi di Kota Maba adalah terlama di Indonesia. Bahkan di dunia.
“Durasi 3 menit dan 17 detik itu terlama di Indonesia,” ujar dia lewat juru bicaranya, Emy Tumimbang seperti dilansir Malut Post (Jawa Pos Group)
Selain itu, kata dia, menyaksikan GMT di Kota Maba akan beda dengan daerah lainnya di Indonesia. Sebab, jarak pengamatannya sangat dekat. Cuaca di langit Kota Maba pada 9 Maret nanti diprediksi sangat cerah. Dan yang lebih utama bebas polusi dan bising.
“Ini alasan kami memilih Kota Maba sebagai pusat penelitian GMT nanti,” tambahnya.
Ia mengatakan anggota tim peneliti GMT semuanya berjumlah 16 orang. Selain dirinya yang asli Amerika, penelti lainnya datang dari Perancis dan Republik Ceko.
"Jadi penelitian GMT dilakukan oleh tim NASA untuk kepentingan bersama. Hasilnya akan dipresentasikan pasca GMT nanti dan disiarkan melalui jaringan televisi di seluruh dunia,” kata Mr Xavier yang menjadi ketua tim peneliti NASA.
Ia mengatakan, beberapa alat untuk mendukung penelitian mulai dipasang. Dari tiga titik, para peneliti itu mulai memasang alat-alat mereka di Pulau Plum (Pulau Tengah). Selain itu, di Kantor Bupati Haltim dan Tanjung Buli.
“Memang butuh beberapa hari untuk memasang alat-alat penelitian itu,” ujarnya lagi.
Mr Xavier juga menghimbau kepada warga Kota Maba dan Buli agar menyaksikan GMT. Menurutnya kejadian alam itu jarang terjadi. Sayang jika dilewatkan. Namun saat menyaksikan GMT, ia meminta warga menggunakan kaca mata GMT yang memiliki filter.
Menurut Xavier sinar matahari saat GMT dapat berdampak buruk bagi kesehatan. "Jadi harus gunakan kacamata yang benar-benar aman. Kalau tidak bisa merusak mata," katanya.
Bupati Rudy Erawan sendiri meminta Sekkab Moh. Abdu Nasar agar melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat dan utamanya para siswa mengenai dampak negatif GMT.
Setelah memasang teleskop dan beberapa alat pendukung seperti kamera di Pulau Plun (Pulau Tengah), Sabtu (5/3) para peneliti dari Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, mulai memasang alat yang sama di kantor Bupati Haltim, satu dari tiga titik pengamatan GMT di Haltim.
Mr Piter salah satu peneliti NASA lewat penerjemahnya Hardi Musa mengatakan, GMT di Kota Maba dan sekitarkan diperkirakan terjadi pada pukul pukul 09:52: 54 WIT dan berakhir pukul 09:56.00 WIT pada 9 Maret mendatang.
Agar pengamatan berjalan lancar, para peneliti, lanjut Hardi, menghimbau warga Kota Maba, Buli dan Haltim pada umumnya agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mengakibatkan polusi seperti membakar hutan dan lainnya. “Ini harapan mereka,” ujarnya.
Menurutnya, polusi seperti asap bisa menghalangi pandangan saat dilakukan pengamatan GMT nanti. "Sekali lagi, mereka berharap aktivitas membuka lahan perkebunan dengan cara membakar jangan dulu dilakukan,”pintanya. (ado/kox/yuz/JPG/Jawa Pos)